Google

Friday, December 19, 2008

Ekspor Mebel Rotan Semakin Terpuruk

Bandung, Kompas Ekspor mebel rotan nasional terus merosot sejak pertengahan 2008. Berawal dari krisis di Amerika Serikat, pengiriman rotan ke pasar luar negeri tahun ini berkurang hingga 50 persen dibandingkan dengan tahun 2007.

"Realisasi pada Juni 2008 hanya 70 juta dollar AS. Tahun ini kami perkirakan realisasi ekspor hanya 140 juta dollar AS," ujar Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra seusai Seminar Economy Outlook 2008 di Grha Kadin Kota Bandung, Kamis (18/12).

Menurut dia, sebelumnya ada sekitar 426 pelaku di sentra industri rotan Cirebon. Industri yang didominasi pelaku usaha kecil dan menengah ini menyerap 80.000 tenaga kerja.

Tahun 2007, industri mebel mulai menurun setelah mendapat tekanan berat. Jumlah nilai ekspor yang pada tahun lalu mencapai 319 juta dollar AS kini menurun hingga setengahnya.

Hatta memperkirakan, dampak krisis ekonomi global baru akan terasa pada kuartal pertama 2009. Nilai ekspor mebel rotan berpeluang turun sekitar 20 persen dari realisasi 2008. Kondisi sama juga akan terjadi pada industri furnitur.

"Kondisi ini terjadi karena industri mebel dan rotan nasional bergantung pada pasar nontradisional seperti Eropa dan AS. Padahal, krisis AS mulai berimbas ke Eropa dan mengakibatkan pasar ekspor Eropa terganggu sejak kuartal keempat 2008," katanya.

Awal 2008 ada 144 pelaku usaha yang gulung tikar. Selain itu, sekitar 125 pelaku usaha terancam kolaps, yang berpeluang menyusul bangkrut pada 2009. "Pertumbuhan ekonomi global melambat dan otomatis permintaan furnitur Indonesia akan menurun," ucap Hatta.

Beberapa pihak menyarankan untuk melakukan reposisi pasar ke pasar tradisional seperti Amerika Latin, Eropa, dan Timur Tengah. Namun, menurut dia, upaya itu tak akan mampu menyelamatkan industri dari keterpurukan. "Penetrasi ke pasar baru membutuhkan waktu yang lama. Pelaku industri rotan China sudah lebih mendahului," ujarnya.

Ekspor ikan

Selain industri rotan, penurunan ekspor juga dialami sektor perikanan di Sulawesi Utara. Aktivitas industri perikanan di provinsi itu menurun drastis selama tiga bulan ini akibat krisis global. Dampaknya, ekspor ikan turun hingga 40 persen selama 2008.

Kepala Dinas Perikanan Sulut Xandramaya Lalu, Kamis di Manado, mengatakan, penurunan ekspor ikan 40 persen dari 160.000 ton tahun 2007 terjadi karena menurunnya permintaan ikan dari negara-negara Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan AS, serta sejumlah negara Eropa. Padahal, selama ini negara-negara itu menjadi basis ekspor dari industri perikanan Sulut.

Kota Bitung merupakan sentra produksi perikanan di Sulut. Di kota itu terdapat 44 pabrik ikan yang memproduksi ikan kaleng dan ikan kayu. Dari sejumlah pengusaha di Bitung, Dinas Perikanan mendapat informasi telah terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap buruh.

Dampak krisis juga diduga menjadi penyebab permintaan telur asin dan telur itik mentah di Brebes, Jawa Tengah, turun sebulan ini. Turunnya permintaan mengakibatkan harga telur asin dan telur itik mentah turun. (gre/zal/wie)


 

Sumber Berita : www.kompas.com

No comments: