Google

Monday, December 22, 2008

Pemerintah Galakkan Diversifikasi Ekspor


JAKARTA, SENIN — Pemerintah menggalakkan diversifikasi ekspor untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global. Pasar yang akan disasar seperti negara di Afrika, Timur Tengah, serta Brasil.

"Diharapkan diversifikasi pasar ini mampu mendorong pertumbuhan ekspor tahun depan," tutur Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Senin (22/12).

Diversifikasi ini dilakukan melihat kinerja ekspor nonmigas Indonesia untuk kawasan Afrika dan Timur Tengah menunjukkan tren meningkat dalam 5 tahun terakhir (2003-2007) dengan peningkatan rata-rata 19,02 persen per tahun, dari sekitar 3 miliar dollar AS pada tahun 2003 menjadi 6 miliar dollar AS pada tahun 2007.

Pesaing utama Indonesia dari Asia untuk pasar Timur Tengah yakni China, Malaysia, Thailand, Taiwan, Jepang, Vietnam, dan Singapura. Selain itu, menurut Mari, tahun depan Indonesia perlu meningkatkan produk-produk ekspor potensial, khususnya produk industri dengan meningkatkan daya saing dan mengembangkan akses global karena tantangan yang akan semakin berat.

"Ke depan kita harus berusaha lebih giat dalam mengembangkan ekonomi sektor-sektor baru yang mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi dan dapat diterima di pasar global," kata Mari.

Mari mengatakan, kinerja ekspor tahun 2008 cukup baik meski mengalami krisis keuangan global. Periode Januari sampai Oktober 2008 total ekspor Indonesia mencapai 118,4 miliar dollar AS atau meningkat 26,9 persen dibanding tahun lalu.

Sedangkan ekspor nonmigas mencapai 92,3 miliar dollar AS atau mengalami kenaikan 21,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. "Kinerja ekspor nonmigas bagus pada dua kuartal pertama, namun mulai mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal ketiga sebagai dampak krisis," ujar Mari.


 

Sumber Data : www.kompas.com

Seluruh Pabrik GM Daewoo Tutup

SEOUL, SENIN — Meski angin segar sudah sedikit berembus ke raksasa otomotif Amerika dengan disetujuinya dana talangan oleh Presiden George W Bush, kebijakan itu belum bisa menyenyumkan para produsen mobil di Negeri Paman Sam itu. Seperti General Motor Corp yang terpaksa menutup ketiga pabriknya di Korea Selatan sebagai respons atas penurunan tajam dalam permintaan kendaraan di seluruh dunia. Demikian dikatakan pejabat perusahaan, Senin (22/12).

Masih kata pejabat tadi, produksi di GM Daewoo Auto & Technology, produsen mobil terbesar ketiga di Korsel, akan berhenti hingga 4 Januari. Bukan tidak mungkin perusahaan akan memperpanjang penutupan itu di sejumlah lini produksinya pada awal tahun depan.

Itu merupakan penutupan yang pertama sejak GM yang berbasis di Detroit, AS, mengambil alih Daewoo Motor Co pada 2002. Sejak awal November, GM Daewoo telah mengurangi jam kerja dan menghentikan sementara sejumlah lini produksi untuk menghemat biaya.

Pekan lalu, administrasi AS menawarkan pinjaman penyelamatan senilai 17,4 miliar dollar AS untuk GM dan Chrysler LLC, untuk mencegah terjadinya kebangkrutan yang sangat ditakutkan di dua produsen mobil "The Big Three" yang ada di Detroit itu. Namun, sejumlah analis mengatakan, GM dan Chrysler sedang menghadapi banyak kendala saat ini karena dana talangan itu mensyaratkan mereka untuk memikul langkah yang menyakitkan seperti pemangkasan kerja besar-besaran dan rencana restrukturisasi lainnya.

Sejumlah analis lokal mengatakan, GM Daewoo kemungkinan ditawarkan untuk dijual jika GM bangkrut. Bulan lalu, GM Daewoo mengalami penurunan penjualan kendaraan sebesar 28,8 persen dari setahun sebelumnya menjadi 62.256 kendaraan. Dalam 11 bulan pertama tahun ini, penjualan GM Daewoo turun 3,2 persen menjadi 841.521 unit.

Sumber Data: www.kompas.com

Friday, December 19, 2008

Perdagangan Trenggiling Meningkat

Medan, Kompas - Perdagangan ilegal trenggiling (Manis javanica) terus meningkat di wilayah Indonesia. Akibatnya, hewan bersisik ini terancam punah populasinya.

"Tahun ini kami menangani delapan kasus perdagangan trenggiling. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu yang jumlahnya hanya beberapa saja (tidak sampai delapan kasus)," tutur Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan (PPH) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Awriya Ibrahim di sela-sela semiloka tentang kejahatan satwa liar dilindungi, Kamis (18/12) di Medan.

Awriya mengatakan, perdagangan trenggiling di Indonesia terpusat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan. Di daerah inilah, katanya, pintu perdagangan trenggiling dalam negeri maupun ke mancanegara berlangsung.

"Trenggiling banyak diburu para pedagang karena nilai ekonominya tinggi," kata Awriya. Di antara negara tujuan yang paling banyak adalah China dan sebagian negara-negara di Asia Tenggara. Penyitaan trenggiling ini umumnya tidak dilengkapi dengan surat-surat resmi. Perdagangan trenggiling hanya bisa diperbolehkan jika berasal dari penangkaran resmi binaan pemerintah.

Kasus terakhir yang belakangan menarik perhatian adalah terbongkarnya perdagangan trenggiling di Palembang sebanyak 13 ton. Kasus lain terjadi di Banjarmasin, Medan, Bali, dan Surabaya.

Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam Sumut Djati Witjaksono Hadi mengatakan, sejumlah kasus perdagangan ilegal trenggiling melibatkan petugas di lapangan. Mereka sengaja memanfaatkan lobi petugas untuk meloloskan praktik ilegal di pintu keluar Sumut.

"Kami sekarang menangani tempat penangkaran yang tidak memiliki kelengkapan dokumen di Serdang Bedagai," kata Djati.

Trenggiling bisa menjadi bioindikator kesuburan tanah karena hewan ini pemakan semut dan rayap.

Nama ilmiah trenggiling memakai javanica karena awal penemuan hewan ini ada di hutan hujan tropis di Jawa. Lantaran terdesak permukiman, konsentrasi habitat trenggiling ada di Kalimantan dan Sumatera. (NDY)


 

Sumber Berita : www.kompas.com

Udang Kembali karena Gagal Bayar

Bandar Lampung, Kompas - PT Centralproteina Prima memastikan pengembalian tujuh peti kemas berisi udang beku milik perusahaan tambak udang tersebut bukan karena alasan dugaan pemindahan barang impor antarkapal udang dari China melalui Indonesia, melainkan murni karena bisnis. Pembeli dari Amerika Serikat yang telanjur membeli tidak mau membayar udang yang dikirimkan sehingga harus dikembalikan ke Indonesia.

Vice Executive Marketing PT Centralproteina Prima (PT CP Prima) Budhi Santosa dalam acara pertemuan dengan puluhan petambak intensif anggota Shrimb Club Indonesia (SCI) di Bandar Lampung, Kamis (18/12), mengatakan, PT CP Prima mengirimkan udang beku tersebut kepada pembeli di Los Angeles, Amerika Serikat. Akan tetapi, ketika udang beku sudah sampai di pelabuhan LA, pembeli menolak karena tidak bisa membayar.

"Jadi pengembalian peti kemas tersebut murni karena bisnis, bukan karena asalan lain," ujar Budhi.

Sebelumnya, sebanyak tujuh peti kemas berisi udang beku milik PT CP Prima dikembalikan pembeli Amerika Serikat. Pengembalian peti kemas dilakukan karena adanya dugaan pemindahan barang impor antarkapal udang dari China melalui Indonesia (Kompas 18/12).

Menurut Budhi, pihaknya tidak mungkin melakukan pemindahan barang impor dari China. PT CP Prima saat ini mengalami peningkatan produksi 100 persen menyusul beroperasinya tambak Aruna Wijaya Sakti (AWS) eks Dipasena Citra Darmaja. PT CP Prima saat ini tengah menyusun sistem penelusuran asal udang dari tambak, pakan, obat, hingga pengolahan pascapanen.

Terhadap peti kemas yang dikembalikan, perusahaan akan melakukan pengemasan ulang dan kemudian menjual ke pasar luar negeri lain yang berminat.

Secara terpisah, Kepala Bea dan Cukai Kantor Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Alamsyah mengatakan, sampai dengan 18 Desember 2008 Kantor Bea dan Cukai sudah mendapatkan manifes pengembalian peti kemas tersebut. Akan tetapi, Kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Panjang tidak mendapatkan keterangan apa pun mengenai pengembalian tersebut. (HLN)

Sumber berita : www.kompas.com

Ekspor Mebel Rotan Semakin Terpuruk

Bandung, Kompas Ekspor mebel rotan nasional terus merosot sejak pertengahan 2008. Berawal dari krisis di Amerika Serikat, pengiriman rotan ke pasar luar negeri tahun ini berkurang hingga 50 persen dibandingkan dengan tahun 2007.

"Realisasi pada Juni 2008 hanya 70 juta dollar AS. Tahun ini kami perkirakan realisasi ekspor hanya 140 juta dollar AS," ujar Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra seusai Seminar Economy Outlook 2008 di Grha Kadin Kota Bandung, Kamis (18/12).

Menurut dia, sebelumnya ada sekitar 426 pelaku di sentra industri rotan Cirebon. Industri yang didominasi pelaku usaha kecil dan menengah ini menyerap 80.000 tenaga kerja.

Tahun 2007, industri mebel mulai menurun setelah mendapat tekanan berat. Jumlah nilai ekspor yang pada tahun lalu mencapai 319 juta dollar AS kini menurun hingga setengahnya.

Hatta memperkirakan, dampak krisis ekonomi global baru akan terasa pada kuartal pertama 2009. Nilai ekspor mebel rotan berpeluang turun sekitar 20 persen dari realisasi 2008. Kondisi sama juga akan terjadi pada industri furnitur.

"Kondisi ini terjadi karena industri mebel dan rotan nasional bergantung pada pasar nontradisional seperti Eropa dan AS. Padahal, krisis AS mulai berimbas ke Eropa dan mengakibatkan pasar ekspor Eropa terganggu sejak kuartal keempat 2008," katanya.

Awal 2008 ada 144 pelaku usaha yang gulung tikar. Selain itu, sekitar 125 pelaku usaha terancam kolaps, yang berpeluang menyusul bangkrut pada 2009. "Pertumbuhan ekonomi global melambat dan otomatis permintaan furnitur Indonesia akan menurun," ucap Hatta.

Beberapa pihak menyarankan untuk melakukan reposisi pasar ke pasar tradisional seperti Amerika Latin, Eropa, dan Timur Tengah. Namun, menurut dia, upaya itu tak akan mampu menyelamatkan industri dari keterpurukan. "Penetrasi ke pasar baru membutuhkan waktu yang lama. Pelaku industri rotan China sudah lebih mendahului," ujarnya.

Ekspor ikan

Selain industri rotan, penurunan ekspor juga dialami sektor perikanan di Sulawesi Utara. Aktivitas industri perikanan di provinsi itu menurun drastis selama tiga bulan ini akibat krisis global. Dampaknya, ekspor ikan turun hingga 40 persen selama 2008.

Kepala Dinas Perikanan Sulut Xandramaya Lalu, Kamis di Manado, mengatakan, penurunan ekspor ikan 40 persen dari 160.000 ton tahun 2007 terjadi karena menurunnya permintaan ikan dari negara-negara Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan AS, serta sejumlah negara Eropa. Padahal, selama ini negara-negara itu menjadi basis ekspor dari industri perikanan Sulut.

Kota Bitung merupakan sentra produksi perikanan di Sulut. Di kota itu terdapat 44 pabrik ikan yang memproduksi ikan kaleng dan ikan kayu. Dari sejumlah pengusaha di Bitung, Dinas Perikanan mendapat informasi telah terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap buruh.

Dampak krisis juga diduga menjadi penyebab permintaan telur asin dan telur itik mentah di Brebes, Jawa Tengah, turun sebulan ini. Turunnya permintaan mengakibatkan harga telur asin dan telur itik mentah turun. (gre/zal/wie)


 

Sumber Berita : www.kompas.com

Usut Tuntas Kasus Ekspor Udang Tujuh Kontainer Akan Dijual ke Pasar Lain

Jumat, 19 Desember 2008 | 00:50 WIB

Jakarta, Kompas - Departemen Kelautan dan Perikanan menunggu klarifikasi dari Dinas Kepabeanan dan Bea Cukai Amerika Serikat terkait dugaan praktik pemindahan barang impor antarkapal berupa udang dari China melalui Indonesia. Klarifikasi itu untuk mencegah rusaknya kepercayaan pasar ekspor.

Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan Martani Huseini saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (18/12).

P2HP DKP telah mengirim surat ke Departemen Perdagangan agar mendesak Dinas Kepabeanan dan Bea Cukai AS memberikan klarifikasi tentang dugaan pemindahan barang impor antarkapal (transhipment) itu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Coldstorage Indonesia (APCI) Johan Suryadarma menyatakan, "Kesimpangsiuran masalah ekspor udang harus segera diungkapkan dan diselesaikan oleh pemerintah dan pelaku usaha. Jika dibiarkan, dapat mengganggu kepercayaan pasar ekspor terhadap produk Indonesia."

Sebelumnya, pengelola Terminal Peti Kemas PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Bandar Lampung menyampaikan adanya pengembalian enam kontainer berisi udang beku milik PT Centralproteina Prima (CP Prima) pada minggu lalu dan satu kontainer pada 16 Desember.

Dari penelusuran awal didapat informasi, pengembalian kontainer tersebut karena ada dugaan transhipment, alasan kepabeanan AS, serta mutu produk tidak sesuai permintaan pembeli.

Martani mengemukakan, apabila praktik transhipment terbukti, CP Prima dikenai sanksi berupa kewajiban membayar pajak bea masuk 112 persen. "Jika tidak terbukti, kita harus berjuang memulihkan nama baik produk Indonesia," katanya.

Dugaan transhipment dibantah oleh Corporate Communication Manager PT CP Prima Tbk Fajar Reksoprodjo, Rabu (17/12). Dikatakan, seluruh produk udang yang diekspor disertai surat keterangan asal (SKA). Tujuh kontainer itu bukan dikembalikan, tetapi dialihkan sementara.

Menurut Kepala Bea dan Cukai Kantor Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Alamsyah, sampai kemarin, Kantor Bea dan Cukai sudah mendapatkan manifes pengembalian tujuh kontainer itu, tanpa ada keterangan alasan pengembalian.

Terhadap kontainer yang dikembalikan, Kantor Bea dan Cukai Kantor Pelayanan Pelabuhan Panjang membebaskan bea masuk. Alasannya, barang itu barang reimpor. Hingga kini, PT CP Prima belum mengurus dokumen permintaan impor barang (PIB).

"Apabila dalam 30 hari sejak kedatangan perusahaan belum mengurus, Bea dan Cukai menganggap barang dalam kontainer itu sebagai barang yang dicegah," kata Alamsyah.

Vice Executive Marketing PT CP Prima Budhi Santosa dalam pertemuan dengan para petambak intensif anggota Shrimb Club Indonesia (SCI) di Bandar Lampung menyatakan, pihaknya berencana mengemas ulang tujuh kontainer berisi produk udang yang dikembalikan pembeli dari AS dan selanjutnya menjualnya ke pasar lain yang berminat.

Pengembalian itu, kata Budhi, karena pembeli di Los Angeles, AS, tidak bisa membayar udang yang dikirimkan sehingga produk harus dikembalikan ke Indonesia.

Usut pasar

Direktur Perdagangan Dalam Negeri DKP Sadullah Muhdi mengemukakan, pihaknya sedang menerjunkan tim ke Bandar Lampung guna menelusuri dugaan merembesnya produk ekspor ke pasar dalam negeri.

"Kami sedang menelusuri kebenaran informasi pasar. Perlu dikaji, apakah anjloknya harga udang karena rembesan produk ekspor atau panen yang berlebih," kata Sadullah.

Berdasarkan ketentuan, produk pangan dari industri kawasan berikat dapat dilepas ke pasar domestik maksimum 25 persen dari total produksinya.

Pasar udang dalam negeri meningkat. Tahun 2007, penjualan di pasar domestik 165.000 ton, tahun 2006 yang hanya 150.000 ton. Hingga akhir 2008, penjualan produk udang diprediksi 190.000 ton. (LKT/HLN)

Sumber Berita : www.kompas.com

Thursday, December 4, 2008

60% Miras Impor Beredar di Jakarta

JAKARTA - Sekira 40-60 persen peredaran minuman keras (Miras) impor di Jakarta berasal dari pasar gelap. Hal ini dikarenakan, mahalnya cukai miras yang diterapkan Ditjen Bea & Cukai.

Demikian diungkapkan Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DKI Jakarta Supeno, Senin (1/12/2008).

Nilai cukai yang tinggi, yaitu 300 persen, membuat harga minuman beralkohol di pasaran mahal. Kondisi ini diambil oleh beberapa pihak untuk menjual miras ilegal di beberapa tempat hiburan yang mayoritas dikunjungi oleh orang asing.

Supeno menambahkan, jatah konsumsi miras di Jakarta sebanyak 800 ribu botol. Jumlah tersebut menurut Supeno sama dengan total kebutuhan miras di Bali. Sementara dari jumlah kuota tersebut sekitar 40-60 persen peredaran miras berasal dari black market (pasar gelap).

"Kondisi ini terjadi akibat tingginya cukai miras yang ditetapkan oleh Ditjen Bea Cukai yaitu sebesar 300 persen. Maka harga miras di pasaran pun mahal," katanya.

Hukum ekonomi pun berlaku, konsumen miras lalu banyak yang beralih ke miras ilegal yang berharga murah. Apalagi untuk peredaran miras di Indonesia dipegang oleh satu perusahaan BUMN yaitu PT Sarinah. PT Sarinah setiap tahunnya memperoleh kuota sebanyak 240.000 karton per tahun. Rinciannya adalah, untuk miras golongan A kuotanya 130.000 karton pertahun, minuman alkohuntukol golongan B 80.000 karton pertahun serta untuk miras golongan C 30.000 karton pertahun.

Supeno menambahkan, untuk minggu ini saja perusahaan tersebut mengimpor 30.000 botol miras. Namun hanya 50 persen miras legal yang terjual di berbagai tempat hiburan Jakarta. Indikasi tersebut menunjukkan makin sedikitnya miras legal yang terjual.

"Harganya lebih murah 30 persen dari harga asli," ujarnya.

Sumber data : Okezone.com