Google

Wednesday, November 19, 2008

Kargo Tidak Beroperasi Pesanan untuk November dan Desember Banyak yang Dibatalkan

Semarang, Kompas - Sebanyak 40 perusahaan kargo atau jasa pengangkutan dari total 212 perusahaan anggota Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia Wilayah Jawa Tengah tidak beroperasi lagi. Kondisi itu terjadi akibat penurunan transaksi ekspor dan impor yang merupakan imbas dari krisis keuangan global.

Ketua Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) Jateng, Soejanto, mengemukakan itu di Semarang, Selasa (21/10). Turunnya transaksi ekspor-impor membuat pengangkutan perusahaan kargo turun melebihi 50 persen. Selain itu, tidak beroperasinya 40 perusahaan kargo membuat sekitar 200 pekerja menganggur. ”Satu perusahaan kargo sedikitnya memiliki lima pekerja,” ucap Soejanto.

Krisis keuangan global yang membuat daya beli pasar luar negeri melemah ini, menurut Soejanto, berakibat terhadap penundaan serta pembatalan transaksi ekspor dari Indonesia terutama ke Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa.

”Banyak order barang untuk ekspor yang sudah ditandatangani kontraknya ditunda lalu disimpan di gudang,” katanya.

Soejanto mencontohkan, PT Trigita Upaya Makmur yang dipimpinnya mengalami penurunan pengangkutan baik untuk ekspor maupun impor, dari 300 kontainer menjadi 50-60 kontainer dalam satu bulan ini.



Abdul Azis, Direktur PT Indo Samudra Perkasa, perusahaan jasa pengangkutan mebel, menyebutkan, jumlah pengangkutan perusahaannya dalam satu bulan dari 10-15 kontainer untuk ekspor dan 20-30 kontainer untuk impor turun separuhnya.

Pembatalan atau penundaan dari importir dialami pula pengusaha tekstil di Jawa Barat. Direktur PT Firman Jaya Dua Saudara Eddy Soekwanto di Bandung, Selasa, mengatakan, pesanan dari luar negeri, terutama AS dan Eropa, melambat. Tak sedikit pesanan ditunda hingga batas waktu tak ditentukan, bahkan dibatalkan. ”Pesanan November 2008 hingga Desember 2009 banyak yang dibatalkan,” katanya.

Menghadapi kondisi tidak menentu ini, pengusaha berupaya mengatasi krisis global dengan mencari pasar selain AS dan Eropa. Mereka akan memfokuskan pada pasar dalam negeri.

Langkah pemerintah

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Daerah Jabar, Ade Sudradjat, menyebutkan, keadaan 2009 sangat bergantung pada langkah pemerintah. Pemerintah agar mengawasi proses impor dengan ketat untuk menguatkan produk lokal. Melalui langkah itu, produk lokal semakin berdaya saing dan mampu mengisi pasar dalam negeri.

Krisis juga membuat ekspor produk garmen dari Kabupaten Purwakarta untuk 2009 sulit diprediksi. Investor dan Pemkab Purwakarta akan bekerja sama mencari solusi untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. (ilo/bay/mkn/bro/ink/eta)

No comments: